ORGANISASI NON-PROFIT DI NEGARA BARAT DAN ASIA (SEBUAH PERBANDINGAN)
ORGANISASI NON-PROFIT DI NEGARA
BARAT DAN ASIA
(SEBUAH PERBANDINGAN)
Gambaran Umum Organisasi Di Negara Barat (Amerika dan Eropa)
Di negara-negara Barat organisasi non-profit telah berkembang lebih baik dari organisasi non-profit yang ada di Asia, khususnya Indonesia. Perbandingan di Amerika Serikat dan Inggris Raya, Australia memiliki populasi yang lebih kecil, meskipun nampak seperti kedua negara dengan usia rata-rata yang tengah bersinar tekanan meningkat dibeberapa bagian dari industri non-profit. Di Inggris Raya sistem non-profit berpusat pada Komisi Kedermawanan (Charitable Commission) yang mempunyai efek meningkatkan kewajaran dari distribusi pembiayaan pemerintah.
Untuk di negara besar seperti Amerika Serikat, organisasi non-profit berkembang sangat maju terutama untuk organisasi-organisasi yang bergerak dibidang keagamaan. Bahkan negara seperti Amerika Serikat yang notabene banyak dari warga negaranya yang cenderung humanis dan atheis dapat mengembangkan organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan. Untuk organisasi nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan di Amerika Serikat, pemerintah lebih memberikan kebebasan dibandingkan dengan organsasi nirlaba lain. Dalam hal perpajakan pun, organisasi nirlaba keagamaan dibebaskan dari beberapa pemeriksaan dan peraturan. Untuk organisasi nirlaba diluar keagamaan, di Amerika Serikat jumlahnya masih jauh dibawah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan. Seperti organisasi nirlaba Dr. Mason Global Inc yang didukung oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menyelenggarakan sebuah program bagi penyandang disabilitas dan tuna rungu di Indonesia untuk berbagi pengalaman dengan sesama penyandang disabilitas di Amerika Serikat. Organisasi ini mengadakan program Youth Leadership Cultural Exchange Program berdasarkan konvensi tentang hak-hak penyandang disabilitas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Di beberapa negara Eropa, organisasi nirlaba yang menggunakan konsep derma wajib untuk mencatatkan diri di komisi yang khusus mengawasi derma. Di Inggris dan Skotlandia misalnya juga menerapkan aturan tersebut. Masih sama seperti di Amerika, oraganisasi nirlaba juga masih dominan bergerak dibidang keagamaan, seperti yang dilansir dari sebuah artikel, komunitas muslim di Inggris melakukan penggalangan dana untuk warga korban perang di Aleppo, Suriah. Dana dikumpulkan melalui sebuah charity makanan, dan berhasil terkumpul sebesar £1,348 yang kemudian akan disalurkan kepada warga Aleppo melalui organisasi nirlaba Muslim Relief. Selain Inggris, Belanda juga yang memiliki organisasi nirlaba yang bergerak dibidang sosial bernama Project Uitzending Managers bekerjasama dengan Lembaga Layanan Pemasasran Koperasi dan Usaha Kecil menengah (LLP-KUKM) melakukan bimbingan teknis, konsultasi, dan workshop bagi para UKM untuk dapat mempelajari dan membuat kerajinan kreatif berbaha dasar kulit. Tenaga dari Project Uitzending Managers terdiri dari tenaga ahli yang mempunyai misi untuk membantu para pelaku usaha di negara-negara berkembang untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan usahanya.
Dari penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa perkembangan organisasi nirlaba telah mencapai skala yang cukup besar, bahkan beberapa diantaranya telah melebarkan sayap dengan bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk kemudian dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan masyarakat di negara tersebut.
Gambaran Umum Organisasi Non-Profit Di Asia (Indonesia, Malaysia, Singapura)
Organisasi nirlaba di Asia khususnya di Asia Tenggara untuk beberapa dekade terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Oraganisasi-organisasi nirlaba di Asia lambat laun dapat mengikuti perkembangan organisasi nirlaba yang ada di Amerika dan Eropa. Di Indonesia organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, terutama dibidang keagamaan, advokasi, dan saat ini mulai berkembang organisasi nirlaba yang bergerak dibidang pemerintahan yang dilakukan melalui ilustrasi dibidang pendidikan.
Kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dijalani oleh semua manusia selama masa petumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang paling banyak diterima oleh masnusia. Pendidikan informal didapat berawal dari lingkungan keluarga. Ketika seseorang telah beranjak menuju ke kedewasaan dan menghadapi situasi kehidupan yang lebih kompleks dan kemudian pendidikan informal keluarga tidak lagi dapat memenuhi, maka pemerintah lah yang kemudian akan memenuhi kebutuhan tersebut sebagai penyelenggara dan pengendali kehidupan bermasyarakat. Pemerintah turun tangan dalam hal ini melalui pendidikan formal berupa sekolah.
Namun sungguh miris karena ternyata masih banyak sekolah di Indonesia yang masih serba kekurangan. Banyaknya sekolah yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia ternyata tidak menjamin bahwa aak-anak dapat mendapatkan pendidikan dengan layak, justru ini yang menjadi masalah karena banyaknya sekolah yang ada di seluruh Indonesia membuat uluran tangan pemerintah tidak dapat menjangkau seluruhnya. Hal ini yang seharusnya segera dikoreksi oleh pemerintah, bahwa bukan hanya masyarakat di perkotaan atau pinggiran kota saja yang harus diperhatikan, tetapi juga masyarakat yang menghabiskan hidupnya di daerah sekitar pedalaman dan perbatasan. Seperti video yang beberap waktu lalu viral di sosial media. Video yang menunjukkan kehidupan anak-anak yang hidup di perbatasan kalimantan yang menginginkan peralatan sekolah yang layak dari Presiden Joko Widodo. Presiden Joko Widodo sendiri melihat tayangan video tersebut pada 5 April lalu. Kemudian Beliau memerintahkan untuk mengirimkan peralatan sekolah ke Bengkayang, yang merupakan perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Malaysia. Pemerintah mengirimkan paket peralatan sekolah seperti, tas, seragam, tempat air minum, beserta perlengkapan sekolah, seperti buku tulis, pensil, bolpoin, penghapus, penggaris, dan krayon. Disinilah peran besar pemerintah sebagai organisasi non profit yang menyelenggarakan dan mengendalikan kehidupan masyarakatnya.
Untuk organisasi-organisasi nirlaba lain di Indonesia juga sering terlibat kegiatan-kegiatan sosial bagi korban-korban bencana atau musibah sejenisnya, seperti yang terdapat di Batam, Kepulauan Riau. Organisasi sosial dan nirlaba Sahabat Sejati dan Club Tanjungpinang Sociality yang menggelar doa bersama untuk para korban meninggal dunia pada insiden kecelakaan laut di Batam. Kegiatan yang diadakan oleh organisasi nirlaba ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Kota Tanjungpinang. Beliau dan beberapa pejabat setempat juga turut hadir dalam kegiatan ini.
Tidak hanya berhenti disini saja. Selain mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, organisasi nirlaba di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pasalnya, ada indikasi bahwa beberapa organisasi nirlaba di Indonesia dimanfaatkan oleh jaringan terorisme sebagai pendukung kegiatan terorisme. PPATK mengajak lima kementrian yang berkaitan untuk bekerjasama, yaitu Kementrian Luar Negeri, Kementrian Agama, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Sosial, Kementrian Hukum dan HAM. Pemerintah baru mengetahui jaringan teroris atau bukan ketika transaksi keuangan tersebut bocor. Adapun kegunaan dana terorisme yaitu untuk rekrutmen, pelatihan, menafkahi janda-janda teroris, membeli senjata dan peledak, propaganda, dan membiayai tiket perjalanan ke negara tempat pelatiha teroris.
Untuk organisasi nirlaba di Singapura, sangat sedikit yang bisa didapatkan dari sumbernya. Secara umum, organisasi nirlaba di Singapura telah berkembang dengan pesat. Dari harian LintasKepri yaitu harian Kepulauan Riau, bahwa salah satu organisasi nirlaba Singapura yang bergerak dibidang sosial bernama Smile Asia akan mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Organisasi ini akan mengadakan bakti sosial bagi masyarakat tidak mampu untuk penderita celah bibir atau sumbing.
Di Malaysia, organisasi nirlaba juga telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bahkan menurut saya, organisasi nirlaba di Malaysia sedikit lebih maju dari organisasi nirlaba yang ada di Indonesia. Organisasi nirlaba di Malaysia telah merangkak ke lingkup yang lebih luas lagi, salah satunya organisasi nirlaba SME International Trade Association of Malaysia (SMITA). Organisasi ini berencana untuk membuka kerjasama dengan negera-negra lain di kawasan ASEAN. SMITA mempunyai misi mendorong produk usaha kecil dan menengah (UKM) ke pasar internasional. Oleh karena itu SMITA bekerjasama dengan Indonesia untuk mendorong UKM ke pasar global dengan mengorganisasi pertemuan dan misi perdagangan internasional, seminar pendidikan, menyediakan pelatihan, dan dukungan pelayanan. Keinginan SMITA didukung dengan CEO Malaysia External Trade Development Corporation (MATRADE) yang mengatakan bahwa sejak 2015 SMITA telah mendukung misi MATRADE untuk mempromosikan produk global Malaysia dan membantu merek label made in Malaysia identik dengan unggul, andal, dan dapat dipercaya.
Demikian gambaran umum organisasi nirlaba yang ada di Asia, khususnya di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Organisasi nirlaba di Asia umumnya telah berkembang mengikuti pekembangan organisasi nirlaba di Eropa dan Amerika. Namun, dalam perkembangannya organisasi nirlaba di Asia memiliki beberapa hambatan, khusunya di Indonesia.
Perbedaan dan Ciri Organisasi Non-Profit Di Barat dan Asia
Organisasi nirlaba di Eropa dan Amerika tentu saja berbeda dengan organisasi nirlaba yang ada di Asia. Di Amerika organisasi nirlaba yang banyak ditemukan adalah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan. Di Eropa, seperti di Inggris dan Skotlandia organisasi nirlaba juga lebih banyak yang bergerak dibidang keagamaan. Jika di Belanda, organisasi nirlaba banyak bergerak dibidang sosial, dan beberapa diantaranya merambah dunia bisnis, yang kemudian bekerjasama dengan organisasi lain atau negara-negara lain sebagai pendukung dari organisasi profit.
Di Asia, organisasi nirlaba sudah mulai berkembang mengikuti organisasi-organisasi nirlaba yang ada di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, mulanya banyak organisasi nirlaba yang bergerak dibidang sosial saja, lembaga atau organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan berjumlah sedikit dan umumnya tak sebesar organisasi lain. Tetapi sejak beberapa tahun terakhir, organisasi nirlaba keagamaan di Indonesia sudah mulai bisa mengembangkan usahanya. Bahkan saat ini, banyak organisasi nirlaba keagamaan baru didirikan. Organisasi nirlaba di Indonesia saat ini sangat bersaing dalam mengembangkan usahanya. Misalnya saja lembaga yang mengelola ZIS di lingkup kota saja sudah terdiri dari beberapa lembaga. Organisasi nirlaba di Malaysia lebih maju di banding organisasi nirlaba di Indonesia. Di Malaysia organisasi-organisasi nirlaba besar lebih banyak bergerak dibidang sosial yang bekerjasama dengan organisasi profit. Di Singapura kurang lebih sama dengan di Malaysia yang umumnya organisasi di negera tersebut sudah berkembang cukup pesat.
Dengan demikian, menurut saya perbedaan organisasi nirlaba yang ada di Barat dan Asia terletak dari cara pengelolaannya. Cara pengelolaan organisasi yang menyebabkan perkembangan organisasi di beberapa negara berbeda, dan cenderung perkembangan organisasi nirlaba di Amerika dan Eropa nampak lebih maju dari organisasi di Asia.
Ciri-ciri organisasi nirlaba di Barat:
(SEBUAH PERBANDINGAN)
Gambaran Umum Organisasi Di Negara Barat (Amerika dan Eropa)
Di negara-negara Barat organisasi non-profit telah berkembang lebih baik dari organisasi non-profit yang ada di Asia, khususnya Indonesia. Perbandingan di Amerika Serikat dan Inggris Raya, Australia memiliki populasi yang lebih kecil, meskipun nampak seperti kedua negara dengan usia rata-rata yang tengah bersinar tekanan meningkat dibeberapa bagian dari industri non-profit. Di Inggris Raya sistem non-profit berpusat pada Komisi Kedermawanan (Charitable Commission) yang mempunyai efek meningkatkan kewajaran dari distribusi pembiayaan pemerintah.
Untuk di negara besar seperti Amerika Serikat, organisasi non-profit berkembang sangat maju terutama untuk organisasi-organisasi yang bergerak dibidang keagamaan. Bahkan negara seperti Amerika Serikat yang notabene banyak dari warga negaranya yang cenderung humanis dan atheis dapat mengembangkan organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan. Untuk organisasi nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan di Amerika Serikat, pemerintah lebih memberikan kebebasan dibandingkan dengan organsasi nirlaba lain. Dalam hal perpajakan pun, organisasi nirlaba keagamaan dibebaskan dari beberapa pemeriksaan dan peraturan. Untuk organisasi nirlaba diluar keagamaan, di Amerika Serikat jumlahnya masih jauh dibawah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan. Seperti organisasi nirlaba Dr. Mason Global Inc yang didukung oleh Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menyelenggarakan sebuah program bagi penyandang disabilitas dan tuna rungu di Indonesia untuk berbagi pengalaman dengan sesama penyandang disabilitas di Amerika Serikat. Organisasi ini mengadakan program Youth Leadership Cultural Exchange Program berdasarkan konvensi tentang hak-hak penyandang disabilitas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Di beberapa negara Eropa, organisasi nirlaba yang menggunakan konsep derma wajib untuk mencatatkan diri di komisi yang khusus mengawasi derma. Di Inggris dan Skotlandia misalnya juga menerapkan aturan tersebut. Masih sama seperti di Amerika, oraganisasi nirlaba juga masih dominan bergerak dibidang keagamaan, seperti yang dilansir dari sebuah artikel, komunitas muslim di Inggris melakukan penggalangan dana untuk warga korban perang di Aleppo, Suriah. Dana dikumpulkan melalui sebuah charity makanan, dan berhasil terkumpul sebesar £1,348 yang kemudian akan disalurkan kepada warga Aleppo melalui organisasi nirlaba Muslim Relief. Selain Inggris, Belanda juga yang memiliki organisasi nirlaba yang bergerak dibidang sosial bernama Project Uitzending Managers bekerjasama dengan Lembaga Layanan Pemasasran Koperasi dan Usaha Kecil menengah (LLP-KUKM) melakukan bimbingan teknis, konsultasi, dan workshop bagi para UKM untuk dapat mempelajari dan membuat kerajinan kreatif berbaha dasar kulit. Tenaga dari Project Uitzending Managers terdiri dari tenaga ahli yang mempunyai misi untuk membantu para pelaku usaha di negara-negara berkembang untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan usahanya.
Dari penjelasan diatas, dapat kita lihat bahwa perkembangan organisasi nirlaba telah mencapai skala yang cukup besar, bahkan beberapa diantaranya telah melebarkan sayap dengan bekerjasama dengan beberapa negara berkembang untuk kemudian dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan masyarakat di negara tersebut.
Gambaran Umum Organisasi Non-Profit Di Asia (Indonesia, Malaysia, Singapura)
Organisasi nirlaba di Asia khususnya di Asia Tenggara untuk beberapa dekade terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Oraganisasi-organisasi nirlaba di Asia lambat laun dapat mengikuti perkembangan organisasi nirlaba yang ada di Amerika dan Eropa. Di Indonesia organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, terutama dibidang keagamaan, advokasi, dan saat ini mulai berkembang organisasi nirlaba yang bergerak dibidang pemerintahan yang dilakukan melalui ilustrasi dibidang pendidikan.
Kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dijalani oleh semua manusia selama masa petumbuhan dan perkembangannya sampai mencapai kedewasaan. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang paling banyak diterima oleh masnusia. Pendidikan informal didapat berawal dari lingkungan keluarga. Ketika seseorang telah beranjak menuju ke kedewasaan dan menghadapi situasi kehidupan yang lebih kompleks dan kemudian pendidikan informal keluarga tidak lagi dapat memenuhi, maka pemerintah lah yang kemudian akan memenuhi kebutuhan tersebut sebagai penyelenggara dan pengendali kehidupan bermasyarakat. Pemerintah turun tangan dalam hal ini melalui pendidikan formal berupa sekolah.
Namun sungguh miris karena ternyata masih banyak sekolah di Indonesia yang masih serba kekurangan. Banyaknya sekolah yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia ternyata tidak menjamin bahwa aak-anak dapat mendapatkan pendidikan dengan layak, justru ini yang menjadi masalah karena banyaknya sekolah yang ada di seluruh Indonesia membuat uluran tangan pemerintah tidak dapat menjangkau seluruhnya. Hal ini yang seharusnya segera dikoreksi oleh pemerintah, bahwa bukan hanya masyarakat di perkotaan atau pinggiran kota saja yang harus diperhatikan, tetapi juga masyarakat yang menghabiskan hidupnya di daerah sekitar pedalaman dan perbatasan. Seperti video yang beberap waktu lalu viral di sosial media. Video yang menunjukkan kehidupan anak-anak yang hidup di perbatasan kalimantan yang menginginkan peralatan sekolah yang layak dari Presiden Joko Widodo. Presiden Joko Widodo sendiri melihat tayangan video tersebut pada 5 April lalu. Kemudian Beliau memerintahkan untuk mengirimkan peralatan sekolah ke Bengkayang, yang merupakan perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Malaysia. Pemerintah mengirimkan paket peralatan sekolah seperti, tas, seragam, tempat air minum, beserta perlengkapan sekolah, seperti buku tulis, pensil, bolpoin, penghapus, penggaris, dan krayon. Disinilah peran besar pemerintah sebagai organisasi non profit yang menyelenggarakan dan mengendalikan kehidupan masyarakatnya.
Untuk organisasi-organisasi nirlaba lain di Indonesia juga sering terlibat kegiatan-kegiatan sosial bagi korban-korban bencana atau musibah sejenisnya, seperti yang terdapat di Batam, Kepulauan Riau. Organisasi sosial dan nirlaba Sahabat Sejati dan Club Tanjungpinang Sociality yang menggelar doa bersama untuk para korban meninggal dunia pada insiden kecelakaan laut di Batam. Kegiatan yang diadakan oleh organisasi nirlaba ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Kota Tanjungpinang. Beliau dan beberapa pejabat setempat juga turut hadir dalam kegiatan ini.
Tidak hanya berhenti disini saja. Selain mengalami perkembangan yang cukup menggembirakan, organisasi nirlaba di Indonesia akhir-akhir ini mendapat perhatian khusus dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Pasalnya, ada indikasi bahwa beberapa organisasi nirlaba di Indonesia dimanfaatkan oleh jaringan terorisme sebagai pendukung kegiatan terorisme. PPATK mengajak lima kementrian yang berkaitan untuk bekerjasama, yaitu Kementrian Luar Negeri, Kementrian Agama, Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Sosial, Kementrian Hukum dan HAM. Pemerintah baru mengetahui jaringan teroris atau bukan ketika transaksi keuangan tersebut bocor. Adapun kegunaan dana terorisme yaitu untuk rekrutmen, pelatihan, menafkahi janda-janda teroris, membeli senjata dan peledak, propaganda, dan membiayai tiket perjalanan ke negara tempat pelatiha teroris.
Untuk organisasi nirlaba di Singapura, sangat sedikit yang bisa didapatkan dari sumbernya. Secara umum, organisasi nirlaba di Singapura telah berkembang dengan pesat. Dari harian LintasKepri yaitu harian Kepulauan Riau, bahwa salah satu organisasi nirlaba Singapura yang bergerak dibidang sosial bernama Smile Asia akan mengadakan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau. Organisasi ini akan mengadakan bakti sosial bagi masyarakat tidak mampu untuk penderita celah bibir atau sumbing.
Di Malaysia, organisasi nirlaba juga telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bahkan menurut saya, organisasi nirlaba di Malaysia sedikit lebih maju dari organisasi nirlaba yang ada di Indonesia. Organisasi nirlaba di Malaysia telah merangkak ke lingkup yang lebih luas lagi, salah satunya organisasi nirlaba SME International Trade Association of Malaysia (SMITA). Organisasi ini berencana untuk membuka kerjasama dengan negera-negra lain di kawasan ASEAN. SMITA mempunyai misi mendorong produk usaha kecil dan menengah (UKM) ke pasar internasional. Oleh karena itu SMITA bekerjasama dengan Indonesia untuk mendorong UKM ke pasar global dengan mengorganisasi pertemuan dan misi perdagangan internasional, seminar pendidikan, menyediakan pelatihan, dan dukungan pelayanan. Keinginan SMITA didukung dengan CEO Malaysia External Trade Development Corporation (MATRADE) yang mengatakan bahwa sejak 2015 SMITA telah mendukung misi MATRADE untuk mempromosikan produk global Malaysia dan membantu merek label made in Malaysia identik dengan unggul, andal, dan dapat dipercaya.
Demikian gambaran umum organisasi nirlaba yang ada di Asia, khususnya di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Organisasi nirlaba di Asia umumnya telah berkembang mengikuti pekembangan organisasi nirlaba di Eropa dan Amerika. Namun, dalam perkembangannya organisasi nirlaba di Asia memiliki beberapa hambatan, khusunya di Indonesia.
Perbedaan dan Ciri Organisasi Non-Profit Di Barat dan Asia
Organisasi nirlaba di Eropa dan Amerika tentu saja berbeda dengan organisasi nirlaba yang ada di Asia. Di Amerika organisasi nirlaba yang banyak ditemukan adalah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan. Di Eropa, seperti di Inggris dan Skotlandia organisasi nirlaba juga lebih banyak yang bergerak dibidang keagamaan. Jika di Belanda, organisasi nirlaba banyak bergerak dibidang sosial, dan beberapa diantaranya merambah dunia bisnis, yang kemudian bekerjasama dengan organisasi lain atau negara-negara lain sebagai pendukung dari organisasi profit.
Di Asia, organisasi nirlaba sudah mulai berkembang mengikuti organisasi-organisasi nirlaba yang ada di Amerika dan Eropa. Di Indonesia, mulanya banyak organisasi nirlaba yang bergerak dibidang sosial saja, lembaga atau organisasi nirlaba yang bergerak dibidang keagamaan berjumlah sedikit dan umumnya tak sebesar organisasi lain. Tetapi sejak beberapa tahun terakhir, organisasi nirlaba keagamaan di Indonesia sudah mulai bisa mengembangkan usahanya. Bahkan saat ini, banyak organisasi nirlaba keagamaan baru didirikan. Organisasi nirlaba di Indonesia saat ini sangat bersaing dalam mengembangkan usahanya. Misalnya saja lembaga yang mengelola ZIS di lingkup kota saja sudah terdiri dari beberapa lembaga. Organisasi nirlaba di Malaysia lebih maju di banding organisasi nirlaba di Indonesia. Di Malaysia organisasi-organisasi nirlaba besar lebih banyak bergerak dibidang sosial yang bekerjasama dengan organisasi profit. Di Singapura kurang lebih sama dengan di Malaysia yang umumnya organisasi di negera tersebut sudah berkembang cukup pesat.
Dengan demikian, menurut saya perbedaan organisasi nirlaba yang ada di Barat dan Asia terletak dari cara pengelolaannya. Cara pengelolaan organisasi yang menyebabkan perkembangan organisasi di beberapa negara berbeda, dan cenderung perkembangan organisasi nirlaba di Amerika dan Eropa nampak lebih maju dari organisasi di Asia.
Ciri-ciri organisasi nirlaba di Barat:
- Pengelolaan organisasi lebih tertata rapi
- Campur tangan pemerintah didalamnya lebih sedikit
- Dibebaskan dari peraturan dan beban pajak
- Lebih banyak bergerak dibidang keagamaan
Ciri organisasi nirlaba di Asia:
- Masih dalam proses berkembang
- Memiliki banyak tantangan dan hambatan
Daftar Pustaka
Adina. “Doa Bersama Untuk Korban Insiden Pompong Tenggelam”. Dalam BatamPos. 25 Agustus 2016. Batam.
Dera. “Cara Muslim Indonesia di Inggris Galang Dana Untuk Aleppo”. Dalam Majalah Arah. 25 Desember 2016. Newcastle.
Dikha. “Telusuri Aliran Dana Teroris, PPATK Juga Sasar Organisasi Nirlaba”. Dalam Kompas. 14 September 2016. Jakarta.
Govan, J., Brace, Brady, E., Brennan, L., dan Conduit. 2011. “Market Orientation and Marketing in Nonprofit Organizations. Indication for Fundraising from Victoria”. Vol. 16, No. 1.
Hanggoro, Macheilla Ariesta Putri. “Saat Penyandang Disabilitas Dibandingkan Pengalaman Hidup di AS dan RI”, dalam Rakyat Merdeka, 16 November 2016. Jakarta.
Nawawi, Hadari. 2003. “Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan Dengan Ilustrasi Di Bidang Pendidikan”. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Noer. “Kerjasama Dengan PUM, Ini Yang Dilakukan LLP-KUKM”. Dalam BatamPos. 5 Desember 2016. Jakarta.
Nur. “Jokowi Kirim Peralatan Sekolah ke Perbatasan”. Dalam Harian Media Indonesia. 8 April 2017. Jakarta.
Zuhri, Ahmad. “Organisasi Nirlaba Malaysia Siap Biayai UMKM Indonesia di 2017”. Dalam Metrotv News. 15 Januari 2017. Kuala Lumpur.
Komentar
Posting Komentar